Label

Jumat, 31 Mei 2013

PACARAN DALAM HUKUM ISLAM dan KOLERASINYA DENGAN QS. AL-ISRAA:32


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Di abad 21 ini pacaran sudah menjadi budaya yang biasa atau lumrah dikalangan remaja. Pacaran sudah menjadi standar gaya dan harga diri remaja, kalau pacaran tandanya remaja itu gaul, Karen dan modern. Siapa yang tidak pacaran  bahkan dianggap sebagai remaja yang kolot, kampungan, dan ketinggalan zaman. Sudah sedemikian menyebarnya budaya pacaran sampai-sampai dia menyita sebagian waktu dan energi remaja.
Islam sebagai agama yang sempurna  tentunya menghukumi  pacaran. Walau secara tekstual tidak ada ayat Al-Qur’an yang mengharamkan pacaran. Karena pacaran sendiri bukan termasuk kedalam kosakata Arab, tapi bukan berarti Islam tidak memiliki hukum tentang aktivitas pacaran. Teks Al-Quran turun dalam bentuk makna-makna global (khuthuthun ‘aridhoh) atau kontekstual. Makna-makna global inilah yang digunakan untuk menghukumi kasus perkasus yang terjadi di dalam kehidupan kita sehari-hari. Jadi, bukan berarti kalau istilah ‘pacaran’ tdak ditemukan di dalam Al-Qur’an dan Sunnah tandanya Islam tidak menghukumi pacaran.
Sebelum kita mengetahui bagaimana hukum Islam tentang ‘sesuatu’, kita harus membedah dulu ‘sesuatu’ yang ingin kita hukumi. Karena sekarang kita ingin mengetahui apa hukum Islam tentang pacaran, maka kita harus mengetahui dulu, apa itu pacaran? Proses meneliti realitas sesuatu yang ingin dihukumi ini istilahnya tahaqiqul manati (meneliti falta). Setiap kali kita ingin mengetahui bagaimana hukum Islam tentang suatu hal, maka aktivitas pertama yang mesti kita lakukan adalah tahaqiqul manati.
Maka dengan keadaan remaja pada abad 21 ini yang tidak aneh lagi dengan aktivitas pacaran. Dengan alasan tersebut saya tertarik untuk meneliti bagaimana pacaran tersebut dalam hukum Islam dan bagaimana kolerasi pacaran dengan QS. Al-Isra:32.

1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah terurai diatas maka rumusan masalah yang akan di bahas adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana pandangan Islam mengenai pacaran?
2.      Bagaimana kolerasi pasaran dengan QS. Al-Isra:32?

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1.   Mendeskripsikan pandangan Islam tentang pacaran.
2.   Mendeskripsikan kolerasi pacaran dengan QS. Al-Isra:32.

1.4 Manfaat Penelitian
1.   Bagi Institusi Pendidikan
Hasil analisis ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk pengembangan keilmuan dan bahan pertimbangan dimasa yang akan datang jika akan dilakukan analisis dengan topik yang sama.
2.   Bagi Tenaga Pendidikan
Diharapkan dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan dalam melaksanakan pengembangan remaja Indonesia dengan baik dan benar.
3.   Bagi Masyarakat
            Masyarakat dapat berperan aktif dalam menjaga pemuda-pemudi Indonesia.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1   Pengertian Pacaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga, 2002:807), pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta-kasih. Berpacaran adalah bercintaan; (atau) berkasih-kasihan (dengan sang pacar). Memacari adalah mengencani; (atau) menjadikan dia sebagai pacar. Sementara kencan sendiri menrut kamus tersebut adalah berjanji untuk saling bertemu di suatu tempat dengan waktu yang telah ditetapkan bersama.
Menurut DeGenova & Rice (2005) pacaran adalah menjalankan suatu hubungan dimana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar dapat saling mengenal satu sama lain.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan  di atas, dapat disimpulkan bahwa pacaran adalah serangkaian aktivitas bersama yang diwarnai keintiman (seperti adanya rasa kepemilikan dan keterbukaan diri) serta adanya keterikatan emosi antara pria dan wanita yang belum menikah dengan tujuan untuk saling mengenal dan melihat kesesuaian antara satu sama lain sebagai pertimbangan sebelum menikah.

2.2   Karakteristik Pacaran
Pacaran merupakan fenomena yang relatif baru, sistem ini baru muncul setelah perang dunia pertama terjadi.  Hubungan pria dan wanita sebelum munculnya pacaran dilakukan secara formal, dimana pria datang  mengunjungi pihak wanita dan keluarganya (dalam DeGenova & Rice, 2005).
Menurut DeGenova & Rice (2005), proses pacaran mulai muncul sejak pernikahan mulai menjadi keputusan secara individual dibandingkan keluarga dan sejak adanya rasa cinta dan saling ketertarikan satu sama lain antara pria dan wanita mulai menjadi dasar utama seseorang untuk menikah.
Pacaran saat ini telah banyak berubah dibandingkan dengan pacaran pada masa lalu. Hal ini disebabkan telah berkurangnya tekanan dan orientasi untuk menikah pada pasangan yang berpacaran saat ini dibandingkan sebagaimana budaya pacaran pada masa lalu (dalam DeGenova & Rice, 2005). Tahun 1700 dan 1800, pertemuan pria dan wanita yang dilakukan secara kebetulan tanpa mendapat pengawasan akan mendapat hukuman. Wanita tidak akan pergi sendiri untuk menjumpai pria begitu saja dan tanpa memilih-milih. Pria yang memiliki keinginan untuk menjalin hubungan dengan seorang wanita maka ia harus menjumpai keluarga wanita tersebut, secara formal memperkenalkan diri dan meminta izin untuk berhubungan dengan wanita tersebut sebelum mereka dapat melangkah ke hubungan yang lebih jauh lagi. Orangtua memiliki pengaruh yang sangat kuat, lebih dari yang dapat  dilihat oleh seorang anak dalam mempertimbangkan keputusan untuk sebuah pernikahan.
2.3   Komponen Pacaran
Ada empat  komponen penting dalam menjalin hubungan pacaran. Kehadiran komponen-komponen tesebut dalam hubungan akan mempengaruhi kualitas dan kelanggengan hubungan pacaran yang dijalani. Adapun komponen-komponen pacaran tersebut, antara lain:
1.       Saling Percaya (Trust each other)
Kepercayaan dalam suatu hubungan akan menentukan apakah suatu hubungan akan berlanjut atau akan dihentikan. Kepercayaan ini meliputi pemikiran-pemikiran kognitif individu tentang apa yang sedang dilakukan oleh pasangannya.
2.      Komunikasi (Communicate your self)
Komunikasi merupakan dasar dari  terbinanya suatu hubungan yang baik. Dan menyatakan bahwa komunikasi merupakan situasi dimana seseorang bertukar informasi tentang dirinya terhadap rang lain.
3.      Keintiman (Keep the romance alive)
Keintiman merupakan perasaan dekat terhadap pasangan. Keintiman tidak hanya  terbatas pada kedekatan fisik saja. Adanya kedekatan secara emosional dan rasa kepemilikan terhadap pasangan juga merupakan bagian dari keintiman. Oleh karena itu, pacaran jarak jauh juga tetap memiliki keintiman, yakni dengan adanya kedekatan emosional melalui kata-kata mesra dan perhatian yang diberikan melalui sms, surat atau email.
4.      Meningkatkan komitmen (Increase Commitment)
Komitmen lebih merupakan tahapan dimana seseorang menjadi terikat dengan sesuatu atau seseorang dan terus bersamanya hingga hubungannya berakhir. Individu yang sedang pacaran, tidak dapat melakukan hubungan spesial dengan pria atau wanita lain selama ia masih terikat hubungan pacaran dengan seseorang.
2.4   Dampak negatif dan positif pacaran 
Dampak positif maupun negatif dari pacaran bagi remaja, adalah sebagai berikut: 
1.      Prestasi Sekolah 
Bisa meningkat atau menurun. Di dalam hubungan pacaran pasti ada suatu permasalahan yang dapat membuat pasangan tersebut bertengkar. Dampak dari pertengkaran itu dapat mempengaruhi prestasi mereka di sekolah. Tetapi tidak menutup kemungkinan dapat mendorong mereka untuk lebih meningkatkan prestasi belajar mereka. 
2.      Pergaulan Sosial 
Pergaulan bisa tambah meluas atau menyempit. Pergaulan tambah meluas, jika pola interaksi dalam peran hanya berkegiatan berdua, tetapi banyak melibatkan interaksi dengan orang lainnya (saudara, teman, keluarga, dan lain-lain). 
Pergaulan tambah menyempit, jika sang pacar membatasi pergaulan dengan yang lain (tidak boleh bergaul dengan yang lain selain dengan aku). 
3.      Mengisi Waktu Luang 
Bisa tambah bervariatis atau justra malah terbatas. Umumnya, aktivitas pacaran tidak produktif (ngobrol, nonton, makan, dan sebagainya), namun dapat menjadi produktif, jika kegiatan pacaran diisi dengan hal-hal seperti olah raga bersama, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.
4.      Keterkaitan Pacaran dengan Seks 
Pacaran mendorong remaja untuk merasa aman dan nyaman. Salah satunya adalah dengan kedekatan atau keintiman fisik. Mungkin awalnya memang sebagai tanda atau ungkapan kasih sayang, tapi pada umunya akan sulit membedakan rasa sayang dan nafsu. Karena itu perlu upaya kuat untuk saling membatasi diri agar tidak melakukan kemesraan yang berlebihan. 
5.      Penuh Masalah Sehingga Berakibat Stres 
Hubungan dengan pacar tentu saja tidak semulus diduga, jadi pasti banyak terjadi masalah dalam hubungan ini. Jika remaja belum siap punya tujuan dan komitman yang jelas dalam memulai pacaran, maka akan memudahkan ia stres dan frustasi jika tidak mampu mengatasi masalahnya. 
6.      Kebebasan Pribadi Berkurang 
Interaksi yang terjadi dalam pacaran menyebabkan ruang dan waktu untuk pribadi menjadi lebih terbatas, karena lebih banyak menghabiskan waktu untuk berduaan dengan pacar.
7.      Perasaan Aman, Tenang, Nyaman, dan Terlindung 
Hubungan emosional (saling mengasihi, menyayangi, dan menghormati) yang terbentuk ke dalam pacaran dapat menimbulkan perasaan aman, nyaman, dan terlindungi. Perasaan seperti ini dalam kadar tertentu dapat membuat seseorang menjadi bahagia, menikmati hidup, dan menjadi situasi yang kondusif baginya melakukan hal-hal positif. 
BAB III
METODE PENELITIAN

Metode yang baik akan menghasilkan analisis yang baik pula. Agar analisis ini memperoleh hasil yang optimal digunakan metode yang mencakupi empat hal, yaitu (1) Sasaran dan ancangan penelitian, (2) data dan sumber data, (3) metode pengumpulan data, (4) metode analisis data, dan (5) metode penyajian hasil analisis data.
3.1 Sasaran dan Ancangan Penelitian
Dalam penelitian ini yang dikaji adalah Perilaku Penyimpangan dan Budaya Pacaran Mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya. Oleh karena itu ancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis pandangan Islam tentang budaya pacaran dan bagaimana kolerasi pacaran dengan QS. Al-Isra:32.
3.2 Data dan Sumber Data
Data penelitian ini meliputi Perilaku dan Budaya Pacaran Mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya. Data penelitian ini terbatas pada data tertulis.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Ada dua tahapan yang dipakai dalam pengumpulan data penelitian ini. Tahap pertama adalah pengambilan data dari sumber data dengan cara dicatat. Dan tahap kedua penganalisisan data dan upaya pembenahannya.
Pada tahap pertama dipergunakan metode pengamatan. Teknik dasar yang digunakan adalah teknik membaca dan memahami data dengan teknik lanjutan dengan nonpartisipasi dan teknik pencatatan (Sudaryanto, 1988). Tahap selanjutnya menganalisis data secara mendetil sesuai kesalahan penggunaannya.
3.4 Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan oleh penulis dalam menganalisis data yaitu dengan analisis kualitatif deskriptif. Menganalisis tanpa menggunakan angka-angka namun menjelas secara mendetail.

BAB IV
PEMBAHASAN MASALAH

4.1 Pacaran dalam Pandangan Hukum Islam
Budaya pacaran ialah pemborosan melalui kencan, traktiran, tontonan, kini jalan zina itu menjadi kebanggaan. Bahkan ada yang minder tidak berpacaran. Malu gak maksiat, Naudzubillah. Ini terulang dimasa Jahiliyah dimana hukum Allah tidak menaungi peradaban, ingat pada zaman jahiliyah dulu para suami malu bila mendapatkan anak perempuan, lalu dikuburkan hidup-hidup. Sekarangpun sama, pada pacaran seakan moral anak terkubur. Masa depan rawan terkubur bersamaan dengan dampak buruknya di pergaulan bebas.
Pacaran, bertentangan dengan Islam Agama yang mulia dan aturan Allah yang tinggi pada kehidupan ini. Pacaran tidaklah lepas dari bersentuhan, entah dengan cara berjabat tangan, berboncengan di atas kendaraan, atau berpegangan, berpelukan, berciuman dan lainnya. Memegang dan menyentuh wanita yang bukan mahram adalah perbuatan yang diharamkan dalam agama kita.
Pacaran juga bisa menjadikan kita sebagai pembohong, misalnya seorang cewek yang mempunyai pacar atau sebaliknya tekadang tidak jarang berbohong kepada orang tua katanya mau belajar kelompok tapi ternyata ngedate dengan pacarnya. Minta uang untuk bayar SPP tapi faktanya membeli kado untuk pacarnya. Bahkan ada seorang cewek yang terkadang rela mematuhi semua yang dikatakan oleh pacarnya.
Ada yang mengatakan Life is Choise! Dalam ayat Al-Qur’an kata-kata tersebut ada dalam QS. Fusshilat: 46 yang berbunyi:

Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh Maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu Menganiaya hamba-hambaNya.
Rasulullah -Shollallahu alaihi wasallam pun bersabda:
1.      Andaikan kepala seseorang di tusuk dengan jarum besi, itu lebih baik (ringan) baginya dibandingkan menyentuh kulit seorang wanita yang tak halal baginya. [HR. Ar-Ruyaniy dalam Al-Musnad (227/2), dan Ath-Thobroniy dalam Al-Kabir (486, & 487)]
2.      Janganlah seorang laki-laki berkholwat (berduaan) dengan seorang wanita kecuali bersama mahromnya. [HR Bukhori: 3006,523, Muslim 1341, Lihat Mausu'ah Al Manahi Asy Syari'ah 2/102]
3.      Tidaklah seorang lelaki bersepi-sepian (berduaan) dengan seorang perempuan melainkan setan yang ketiganya. (HR.Tirmidzi)
4.      Kedua tangan berzina dan zinanya adalah meraba, kedua kaki berzina dan zinanya adalah melangkah, dan mulut berzina dan zinanya adalah bicara. (H.R. Muslim dan Abu Dawud)

4.2  Korelasi Pacaran dengan QS. Al-Isra:32
Dalam QS. Al-Israa’:32 yang berbungi:
Ÿ
Artinya: 32. dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.
Dalam ayat diatas disebutkan (janganlah mendekati zina). Dari kata tersebut dapatlah kita menarik sebuah kesimpulan bahwa mendekati zina itu dilarang, apalagi berzina. Dan apabila dikaitkan antara Pacaran dengan QS. Al-Israa: 32, bahwa pacaran tersebut adalah sebuah aktivitas yang mendekati zina. Karena didalam pacaran banyak aktivitas-aktivitas yang mengarah pada perzinaan seperti:
1.      Memandang lawan jenis
Ada sebuah kata-kata yang sering di gunakan untuk para remaja “Dari mana datangnya lintah, dari sawah turun ke kali. Dari mana datangnya cinta, dari mata turun ke hati”. Padahal didalam QS. An-Nur: 30-31. Dijelaskan bagaimana sikap seorang laki-laki dan perempuan yang benar menurut firman Allah yang berbunyi:
Artinya: 30. Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat".
31. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
Ayat diatas menegaskan empat hal: Pertama, perintah untuk menahan pandangan dari yang diharamkan oleh Allah SWT. Kedua, perintah untuk menjaga kemaluan dari perbuatan yang haram. Ketiga, larangan untuk menampakan perhiasan kecuali yang biasa tampak. Keempat, perintah untuk menutupkan khumur ke dada.
2.      Pegangan tangan, berduaan dan sebagainya.
Walau pada awal sebelum memulai pacaran terkadang mereka berprinsip”pacaran boleh, asal biasa-biasa saja. Tapi namanya juga manusia, bawaannya suka penasaran dengan hal-hal baru. Dan sebagai manusia yang selain diberi akal mereka juga diberi nafsu ketika mereka tidak bisa menggunakan akal mereka dengan baik untuk mengendalikan nafsu maka yang terjadi seorang manusia tidak jauh beda dengan hewan. Seperti halnya berduaan antara laki-laki dab perempuan ada sebuah hadits yang intinya ketika seorang laki-laki dan wanita berduaan maka yang ketiga adalah setan. Dan ada sebuah hadits yang artinya: “Tidak dibolehkan wanita yang beriman kepada Allah dan hari Akhir melakukan perjalanan sehari semalam, kecuali disertai mahramnya”.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan
Pacaran adalah serangkaian aktivitas bersama yang diwarnai keintiman (seperti adanya rasa kepemilikan dan keterbukaan diri) serta adanya keterikatan emosi antara pria dan wanita yang belum menikah dengan tujuan untuk saling mengenal dan melihat kesesuaian antara satu sama lain sebagai pertimbangan sebelum menikah. Tapi akad pacaran ini tidak pernah diajarkan oleh Islam. Dengan kata lain akad pacaran adalah akad yang batil. Islam tidak pernah mengajarkan pengikutnya menggunakan akad pacaran untuk mencintai lawan jenis yang di sukai. Akan tetapi Islam mengajarkan akad nikah dalam mencintai lawan jenis.
Maka dapat kita simpulkan bahwa hukum pacaran adalah Haram, selain karena alasan-alasan diatas. Pacaran juga sebuah bagian dari aktivitas mendekati zina. Sebagai orag muslim kita diajarkan:
Ÿ
Artinya: 32. dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.
Pada abad 21 ini banyak kalangan muslim atas sampai bawah yang tidak mengerti Islam dengan sepenuhnya, mengerti sebuah ajaran tetapi tidak menggunakannya dengan baik. Ada sebuah kata-kata yang tepat untuk hal tersebut: “Seseorang yang mengerti belum tentu memahami”. Padahal Allah memberi peringatan pada kita dalam QS. Al-Anfaal:73 yang berbunyi:
ž  
Artinya: 73. ... jika kamu (hai Para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu[625], niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.

[625] Yang dimaksud dengan apa yang telah diperintahkan Allah itu: keharusan adanya persaudaraan yang teguh antara kaum muslimin.
5. 2 Saran
Sebagai seseorang yang mungkin pernah pacaran maka cepatlah bertaubat. Stop yang namanya pacaran sekarang juga karena sebuah pekerjaan yang ditunda-tunda hasilnya tidak baik. Beberapa alasan untuk menstop pacaran:
1.      Belum tentu laki-laki yang sudah jadi pacar itu akan menjadi pasangan sejati kita.
2.      Ingat masa depan. Pacaran itu Cuma ajang main-main. Padahal kita perlu serius pada masa depan. Apa yang kita dapat nanti tergantung pada usaha kita saat ini. Dan
3.      QS. An-Nuur:26 yang berbunyi:
Artinya: 26. wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)[1034].

[1034] Ayat ini menunjukkan kesucian 'Aisyah r.a. dan Shafwan dari segala tuduhan yang ditujukan kepada mereka. Rasulullah adalah orang yang paling baik Maka pastilah wanita yang baik pula yang menjadi istri beliau.

DAFTAR PUSTAKA

Al-qur'anul Karim & Hadits.
Rice, P. S. & De Genova, M. K. (2005). Intime Relationships, Merriage, and Families (6th ed.). New York: McGraw-Hill.
Sudaryanto. (1988). Metode Linguistik: bag II: Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Partanto, pius & M. Dahlan Al Barry. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Arloka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar